Aku dan V60



Hidup…
Adalah jalan panjang berliku yang kita tak pernah tau kapan akan berakhir. Dia bagai sungai yang mengalir deras dari hulu ke hilir, satu sungai menuju sungai yang lain hingga sampai ke laut dan menjadi samudera. Tapi, seperti sungai yang memiliki hulu pun juga dengan hidup. Memiliki awal dan juga akhir. Tapi, sebelum sampai di laut dan samudera setiap alirannya melewati banyak hal. Dia harus mengecil diantara bebatuan bahkan tak jarang harus melompati bebatuan itu saat ia terlalu besar. Di juga harus pandai mengendap saat ada perahu-perahu yang melewatinya. Terkadang ia juga harus beranjak sedikit ke pinggir agar tanah-tanah kering di sekitarnya menjadi basah, sembari memberi minum pada akarakar pepohonan. Dan semua itu adalah fase dalam kehidupan. Seperti kita yang akan melewati fase tawa, tangis, bahagia, sedih, naik, turun, jalan berliku dan berlubang bahkan becek. Tak ada pilihan untuk tak melewatinya. Itu harus. Untuk apa? Agar kita belajar. Mengerti bagaimana menghalau derasnya air. Agar kita tau bagaimana rasanya mendaki. Apa rasanya terjatuh dan apa buah dari sebuah pengharapan kepada manusia. Dari semua itu kita juga akan belajar bagaimana membahagiakan orang lain, bagaimana membuat orang lain tersenyum dan bagaimana agar kita tidak mengecewakan orang lain. Belajar untuk menghargai, belajar untuk menyayangi dan belajar untuk mencintai. Untuk apa? Agar ketika saatnya kita pergi nanti mereka akan selalu menyelipkan pada kita do’a do’a terbaik dan berharap saatnya kita berkumpul kelak kita akan kembali di pertemukan di surga yang abadi.
Proses yang kita lewati itu adalah bagian dari hidup yang tak akan pernah lepas dari masing-masing kita. Karena hakikatnya hidup hanya ada dua, lahir dan meninggal, datang dan pergi, silih berganti. Melewati setiap fase yang bergulir. Dari bayi, kecil hingga besar mendewasa. Apa yang pernah hadir dalam hidup pasti suatu hari akan pergi dengan atau tanpa persetujuan kita.

Lalu proses apa yang kita lewati? Bagaimana? Apa? Kenapa? Dan segala pertanyaan lainnya. Menurutku proses itu seperti V60 coffee, salah satu metode seduh kopi tanpa ampas. Metode ini sangat aku sukai karena apa hadirnya ya seperti proses dalam hidup kita. Menyeduh kopi dengan metode V60 itu, sangat besar kemungkinan untuk bisa menghasilkan rasa yang berbeda. Kok bisa? Itulah hidup. Dengan teknik yang biasa aja sampai teknik yang sangat professional pasti rasanya akan berbeda meski di buat oleh satu orang yang sama. Kopi yang dibuat sekarang oleh seseorang akan menghasilkan rasa yang berbeda ketika ia membuatnya satu jam lagi dengan teknik dan metode yang sama karena apa hidup adalah pilihan dan tidak selalu pilihan yang sama akan mendapatkan hasil yang sama.
Ketika menyedup kopi dengan V60 lalu memfokuskan tuangan air di tengah maka akan didapatkan rasa yang dominan pahit. Tapi jika kita memfokuskan tuangan air di pinggir maka kemungkinan rasa yang akan keluar adalah bermacam ragam, saat beruntung kita akan mendapatkan rasa yang manis atau rasa unik tapi jika tidak maka yang terasa adalah rasa yang campur-aduk gak jelas. Itu hidup. Proses di dalamnya adalah pilihan kita. Mau berjalan kemana, melakukan apa, berapa lama, bersama siapa that’s our choice. Gak perlu takut salah jalan karena kita punya Allah yang akan menunjukkan arah. Karena setiap kita dalam menjalaninya pasti memiliki pilihan baik buruk, lapang sempit, kufur bersyukur itu pilihan. So, mau pilih yang mana? Tentukan sendiri. Jangan menyalahkan apapun saat keputusan yang kita ambil kurang tepat, mungkin saja saat itu Allah sedang ingin kita belajar sesuatu, maka pandailah membaca dan mengamati. Bukankan ayat pertama yang turun kepada Rasulullah adalah iqra’?. Allah ingin kita membaca setiap tanda yang Ia berikan. Saat meminta petunjukNya jangan hanya menunggu pertanda lewat mimpi karena mungkin saja jawaban dan petunjuk Allah itu tidak langsung pada kita tapi justru lewat orang-orang yang mencintai kita, lewat orang-orang di sekitar kita. Cobalah untuk peka terhadap itu semua, jangan sampai kita salah melangkah hanya karena tidak peka terhadap jawaban dan petunjuk yang diberikan Allah. Dan jangan pula ketetapan Allah dijadikan alasan untuk berhenti bersyukur. Karena sesungguhnya Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Jika kita belum mengerti mengapa Allah memberikan sesuatu kepada kita maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah bersyukur dan menerima karena dengan begitu ketika suatu hari kita mengetahui alasannya maka syukur itu akan bertambah tambah. Semoga bermanfaat.

#selfreminder

Komentar

Postingan Populer