Selamat Tinggal Jingga
Aku
tahu bahkan sangat tahu dengan kesalahanku. Aku pun sadar, sangat sadar bahkan
bahwa semua ini tak boleh terjadi. Sulit rasanya menghapus yang pernah terjadi
sangat sulit. Tapi aku tak ingin jika semuanya harus bermula dari kesalahan masa
lalu. Biarlah apa yang terjadi kemarin menjadi gambaran masa depan jika
diteruskan. Tapi jika keputusan ini justru akan membuat masa depan
masing-masing lebih tenang dan menyejukkan maka biarlah jangan bersama.
Perlahan
aku mulai berjalan mundur untuk masa lalu ini. Yaaahh,,,, sedikit sukses mungkin
untuk menghindari beberapa hal. Tapi yang ada didalam justru makin tak bisa
menghindar makin menjadi mungkin. Pernah hampir terabaikan lalu datang lagi dan
muncul lagi.
Dan
sekarang saatnya aku harus memutuskan, jika memang tak bisa dipertahankan dan
semua ini harus membuatku tertatih untuk membuka lembaran baru dan memulai
semuanya dari kertas putih yang bersih yang belum ternodai sedikitpun aku akan
segera mencari penghapus yang ampun untuk menghapusnya. Terus terang aku lelah
dengan semua ini. Mungkin dulu aku tak pernah menanti, aku hanya menikmati dan
menjalani setiap aliran air yang mengarahkanku. Tapi entah apa yang tiba-tiba
membuatku menanti dan berharap. Telah aku minta tetapi keraguanku akan kertas
yang telah berwarna itu malah membuatku menjatuhkan pilihan pada kata mundur
dan berbalik arah.
Jika
memang aku harus berbalik arah dan memilih jalan lain aku mohon pergilah. Aku tak
mau terus berharap dan menanti, karena aku tidak pernah tau apakah sama
denganku?? Jika sama maka biarlah takdir yang mengaturnya. Tapi jika tidak
biarlah aku tak tahu. Tak ingin semua berakhir dengan lebur, maka biarlah
begini. Aku dengan keputusanku dan keputusan lainnya.
Takdir
adalah takdir yang telah ada pengaturnya. Lakukan yang lebih baik untuk kertas
putih itu. Jangan berikan warna apapun sebelum waktunya. Tapi jika terlanjur
jangan pernah campurkan warna itu dengan warna lain. Biarlah hanya sewarna
tanpa ada campur tangan warna lainnya. “Dan jika jinggaku akan berganti biarlah
dia mengharu biru dalam aroma putih yang menghangatkan.”
Komentar
Posting Komentar