Aku DAN kamu BUKAN kita
Shocking day. Itulah kata yang diketikkan pada keyboard ‘si kotak’ ketika akun Cita pada situs www.twitter.com terbuka. Hah……. Entahlah! Mengapa Cita begitu terkejut melihat semua kenyataan tadi. Ilfeel?? Sangat! Begitu kesalnya Cita melihatnya. Cita melihat cowok yang membuatnya terpesona dengan sepuntung rokok terjepit di antara kedua jarinya. Sejak kuliah Cita memang tidak suka dengan cowok perokok. Sekalipun dari kecil Cita sudah terbiasa dengan bau rokok dan menghisap asap rokok yang terbang dari rokok yang di konsumsi sang ayah, bahkan Cita sendiripun sempat terjerat dengan dunia pe-rokok-an ketika duduk di bangku SMP. Sampai akhirnya di ujung penantian menunggu ujian akhir di SMP Cita melepaskan diri dari rokok. Cita mulai menanamkan hidup sehat dalam dirinya.
Sejak Cita memasuki dunia kuliah entah kenapa Cita ilfeel ketika Cita melihat cowok merokok. Menurutnya tidak logis, seorang yang belum berpenghasilan tetap dan masih menadah dari orang tua menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang yang tidak berguna sama sekali.
Disaat masih larut dalam rasa ‘suka’ dengan cowok berambut gondrong itu Cita duduk lemas dan benar-benar tak menyangka. Cita yang beberapa waktu lalu sempat memujinya di hadapan sahabat-sahabatnya kini diam.
Cita mengetahui namanya Dean seorang mahasiswa dari sebuah pulau indah di Indonesia.
“Manis!” begitu katanya Cita
Rambut gondrong dan senyumnya membuat Cita merasa harus mengatakan itu. Ditambah lagi dengan perlakuannya suatu hari kepada Cita. Ketika itu Cita dan Dean sama-sama menunggu di depan lift, Cita berada tepat dibelakang Dean dan memang saat itu hanya ada mereka berdua. Ketika lift berhenti betapa terkejutnya Cita ketika Dean menoleh dan berkata
“silakan!” katanya sambil tersenyum
Cita masih bengong dan tersenyum kemudian masuk ke lift disusul oleh Dean. Tak lupa Cita mengucapkan terima kasih. Cita benar-benar terpesona dengan semua itu. Ketika dia sedang bermain bersama teman-temannya, Cita lewat dan dia tersenyum kepada Cita. Cita pikir dia kakak tingkatnya.
Sebenarnya Cita penasaran tapi, untuk mencari Cita tak tahu harus cari dimana, dengan siapa. Dia ada di jurusan mana Cita pun tak pernah tau. Sampai suatu hari ketika Cita tak sengaja sedang melihat Dean, Cita menceritakan tentang Dean kepada temannya. Saat itu Cita benar-benar masih belum tahu apapun tentang Dean. Besoknya keika Cita akan pergi kerumah temannya, Cita melihat Dean di ruang tamu sedang belajar bersama teman-temannya di rumah kontrakan Cita.
“dia seangkatan gue? Satu jurusan dengan Mala??” Tanya otak Cita saat itu
Shock?? Yup,,,, hha…. Selalu kata shock yang keluar.
“hmmmm……. Is he same with us??” lagi pikir Cita dalam hati.
Cita pergi dan ketika Cita pulang Dean dan teman-teman yang lain sudah pulang. Cita pun berteriak
“Antiiii…. Tau gak itu cowok gondrong yang kemarin Cita certain!!” kata Cita senang
“ooohhh…. Dean .??” kata Anti di iringi tawa dan disusul tawa yang lain
Barulah disana Cita tahu namanya Dean. Ketika Cita menelusuri dunia maya dan mencari informasi tentang Dean, kata yang paling tepat menggambarkan suasana saat itu adalah Patah hati. Why?? Yup,,, dia udah punya cewek. Jealous?? Maybe??? Tapi kenapa?? Dia bukan siapa-siapa Cita bukan?
Memang iya tapi Cita menaruh perasaan suka padanya, meski sejak awal Cita tahu mereka berbeda prinsip. Apa itu? keyakinan! Ya keyakinan.. keyakinan mereka berbeda Cita muslim dan Dean dengan keyakinannya.
“Hah…….. kenapa aku suka sama orang yang berbeda prinsip denganku ya?” kata Cita kepada dirinya sendiri
“Bukankah aku mencari Imam yang bisa membimbingku?? Apa jadinya kalau aku beneran suka dengannya??” kata Cita lagi
Angannya mulai bermain-main. Sampai akhirnya logikanya yang menang.
“Tidak! Itulah kata yang paling pantas untuk rasa suka ku dengannya. Perbedaan keyakinan menjadi hal paling utama alasan ku untuk tidak memupuk dan menyiram benih terlarang ini. Selain itu pastinya karena dia sudah memiliki pacar yang sudah dipacarinya bertahun-tahun. Dan hal terakhir yang membuatku benar-benar yakin untuk balik arah adalah Rokok. Ya…. Karena dia adalah seorang perokok.” Kata Cita pada dirinya sendiri
Dan kini Cita lega. Cita tidak terlarut dalam rasa yang tak seharusnya dia ambil benihnya. Dia akan meneruskan pencariannya untuk Imam yang terbaik untuknya dan juga putra putrinya kelak. Cita mundur perlahan berbalik arah dan berjalan tanpa menoleh lagi.
ini cerpen yg tepat. dari pembukaan hingga akhir inti sub-sub cerpen daper semua
BalasHapus:D
Hapusada juga yg bener dikit cerpennya hihihi
makasih kak
besok2 kalo aku ngepos tulisan aku ksh link lagi yaa :D