No Reason For.........

Persahabatan ini berawal dari kepergian ku ke pulau jawa, tepatnya kota Bandung. Aku pergi kesana untuk mengikuti les di sebuah bimbingan belajar di kota Bandung. Ceritanya aku baru mau lulus SMA dan lagi dilema memilih perguruan tinggi. Karena jarak selesainya ujian dengan pengumuman kelulusan dan tes perguruan tinggi sangat lama, akhirnya aku memutuskan pergi meninggalkan kota kecilku yang ada di salah satu provinsi di sumatera selatan.
Hari itu adalah hari pertama kami masuk kelas dan memulai les. Hening, diam dan tak banyak kata yang terucap dari kami semua, mungkin karena baru ketemu kali yaa?? Hee… kami hanya berkomunikasi dengan sesama teman satu daerah.
Hari kedua suasana mulai mencair. Kami mulai berkenalan satu sama lain. Dan aku mengenalnya, Rizka namanya. Entah kenapa sejak awal aku berjabat tangan dengannya, rasanya udah ‘klik’ sama dia. Jarang – jarang nih kaya gini, hheee. Setelah ngobrol – ngobrol ternyata kosan kami tidak begitu berjauhan. Hanya terpisah 2 rumah saja. Hmmm….. alam merestui sepertinya, he.. sejak saat itu aku dan Rizka bersama teman – teman sedaerahku setiap pagi berangkat bersama ke tempat yang sama dengan tujuan yang sama pula.
Baru saja satu minggu aku kenal dan mulai dekat dengannya, tapi aku sudah berani bercerita tentang kehidupan pribadiku dengannya. Aku percaya sekali saat itu. Dan ternyata apa yang aku lakukan mendapat lampu hijau darinya. Dia pun mulai terbuka denganku. Tak ada satu ceritapun yang terlewat. Mulai dari masalah hati, masa lalu, bahkan masalah keluarga pun. Rasanya sudah seperti satu nyawa dalam 2 raga. Sebenarnya kami bersahabat bertujuh, Rizka, Rizka(Icha), Dwi, Yudha, Gilang, Agung dan tentu saja aku. Tapi kami berbeda kelas bimbel, aku sekelas dengan Rizka, Icha dengan Dwi, sedangkan Yudha, Gilang dan Agung. Tapi tentu saja itu semua tak jadi kendala untuk kami untuk tetap dekat dan saling bercerita satu sama lain, walaupun memang aku dan Rizka lebih sering bertemu dan saling bercerita begitupun dengan Icha dan Dwi yang intensitas bertemu lebih banyak. Icha dan Dwi lebih nyambung dengan kegokilan mereka dan aku bersama Rizka lebih nyambung dengan keseriusan kami. But once more I say, semua itu tidak membuat kami jauh, bahkan semakin dekat. Dan akhirnya kami pun menamai persahabatan ini L’eternite.
Singkat cerita tibalah kami disaat – saat perpisahan. Kami bisa menutupi kesedihan yang datang saat itu. Kami tidak menangis memang. Tapi entahlah apa yang terjadi setelah kami saling mengantar kepulangan satu per satu. Bantal, guling dan kasur pun jadi saksi kebisuan kami bersama air mata. Dwi, Icha, Gilang, Agung, dan Yudha sudah pulang terlebih dahulu. Tinggal aku dan Rizka. Sebelumnya Rizka sudah pulang lebih dahulu, tetapi saat itu dia hanya pergi ke Jakarta untuk menghadiri pernikahan saudaranya. Setelah itu dia kembali ke Bandung. Dan ketika hari dimana perpisahan kami benar – benar tak terelak lagi. Rizka mengantarkan aku ke tempat travel yang akan membawaku pergi dari kota ini. Ketika travel yang aku naiki mulai berjalan, Rizka mengirim sms kepadaku “kata orang meninggalkan itu lebih baik dari pada ditinggalkan, tapi nyatanya keduanya sama – sama gak enak. Ka pernah ninggalin kamu, sekarang kamu yang ninggalin Ka. Gak ada yang enak, tapi Ka seneng karena Ka adalah orang terakhir yang pergi ninggalin Kenari(nama jalan kosan kami,-red), Ka bisa nganterin kalian semua pulang. Bentar lagi Ka akan ninggalin Jalan Kenari, jalan kenangan kita bertujuh. Ka berharap suatu hari nanti kita semua akan datang lagi kesini walau Cuma lewat dan gak ngapa-ngapain.
Aku menangis membaca sms itu. Bahkan sopir travel pun sampai menyadari bahwa aku menangis. Tapi dia diam saja. Lalu ku balas sms itu “Suatu hari kita akan kumpul lagi Ka, kita akan jalan lagi disana.
Singkat memang, karena aku gak mau semakin sedih dengan banyaknya kata-kata perpisahan itu. Setelah perpisahan itu, aku benar-benar tak menyangka ternyata persahabatan yang hanya terjalin dengan pertemuan singkat itu berjalan sampai saat ini.
Kami masih saling berkomunikasi, sms, telepon, fb adalah senjata kami. Tak satu cerita pun kami lewatkan untuk di bagi. Setiap kegagalan, kebahagiaan, kesedihan, suka duka, dan keberhasilan kami bagi bersama.
Telinga pun menjadi korban panas kadang karena sering kali kami berteleponan sampai berjam-jam. Hahh…. Indah?? Ya?? Setidaknya buat kami yang menikmati semua ini. Sejak hari perpisahan itu kami belum pernah bertemu lagi. Kangen?? Pasti itu yang kami rasakan. Beberapa kali rencana bertemu gagal dilakukan. Kesibukan masing-masing tidak membuat kami egois, kami saling memahami satu sama lain. Ketika aku tak bisa membalas sms, telepon, wall, atau message darinya atau sebaliknya kami saling mengerti. Semua itu membuat kami lebih memahami.
Rizka dan L’eternite sahabatku sampai saat ini aku selalu ingin mengatakan bahwa “menjadi temanmu adalah hal terindah”. Semoga persahabatan ini akan seperti nama persahabatan kita, L’eternite, Keabadian.

Bandung-Cimahi-Jakarta-Semarang
Dwi,Yudha-Izka-Anggy,Icha-Gilang,Agung

i miss L'eternite....
:')

By.Anggy Periska.PR

Komentar

Postingan Populer